teks

selamat datang di blog saya

Sabtu, 08 Januari 2011

KEPADA CIUM (beberapa kumpulan Puisi Joko Pinurbo)

KEPADA CIUM



seperti anak rusa menemukan sarang air

di celah batu karang tersembunyi,

seperti gelandangan kecil menenggak

sebotol mimpi di bawah rindang matahari,

malam ini aku mau minum di bibirmu.

Seperti mulut kata mendapatkan susu sepi

yang masih hangat dan murni,


seperti lidah doa membersihkan sisa nyeri

pada luka lambung yang tak terobati.


2006

(sumber: buku KEPADA CIUM, Kumpulan Puisi Joko Pinurbo, Penerbit PT GPU, Jakarta, cetakan pertama, Februari 2007)



Bercukur Sebelum Tidur

Bercukur sebelum tidur
membilang hari-hari yang hancur
membuang mimpi-mimpi yang gugur
memangkas semua yang ranggas dan uzur
semoga rambut segala jembut
bisa lebih rimbun dan subur
Lalu datang musin dalam curah angin
menumbangkan air ke seluruh daratan
ke gunung-gunung murung
dan lembah-lembah lelah
di seantero badan
Jantungku meluap penuh
Sungai menggelontor, hujan menggerejai
di sektor-sektor irigasi
Malam penuh traktor, petani mencangkul
di hektar-hektar dagingku
Tubuhku hutan yang dikemas
Menjadi kawasan megaindustri
di mana segala cemas dan resah
diolah di sentra-sentra produksi
Tubuhku ibukota kesunyian yang diburu investor
dari berbagai penjuru
tubuhku daerah lama yang ditemukan kembali
daerah yang baru diberkati
Lalu tubuhku bukan siapa-siapa lagi
Tubuhku negeri yang belum diberi nama
Dan kuberi nama saja dengan sebuah ngilu
Saat bercukur sebelum tidur.

Karya Joko Pinurbo (1999)


Minggu pagi di sebuah puisi

Minggu pagi di sebuah puisi kauberi kami kisah Paskah
ketika1 hari masih remang dan hujan, hujan
yang gundah sepanjang malam
menyirami jejak-jejak huruf
yang bergegas pergi, pergi berbasah-basah ke sebuah ziarah.
Bercak-bercak darah bercipratan di rerumpun2 aksara
di sepanjang via dolorosa.
Langit kehilangan warna, jerit kehilangan suara.
Sepasang perempuan - panggil: sepasang kehilangan-
berpapasan di jalan kecil yang tak dilewati kata-kata
"Ibu hendak ke mana?" Perempuan muda itu menyapa.
"Aku akan cari dia di Golgota, yang artinya:
tempat penculikan," jawab ibu yang pemberani itu
sambil menunjukkan potret anaknya
"Ibu, saya habis bertemu Dia di Jakarta, yang artinya:
surga para perusuh," kata gadis itu sambil bersimpuh.
Gadis itu Maria Magdalena, artinya: yang terperkosa.
Lalu katanya: "Ia telah menciumku sebelum diseret
ke ruang eksekusi. Padahal Ia cuma bersaksi
bahwa agama dan senjata telah menjarah
perempuan lemah ini.
Sungguh Ia telah menciumku dan mencelupkan jariNya
pada genangan dosa di sunyi-senyap vagina
pada dinding gua yang pecah-pecah, yang lapuk
pada liang luka, pada gawuk yang remuk."
Minggu pagi di sebuah puisi kauberi kami kisah Paskah
ketika hari mulai terang, kata-kata telah pulang
dari makam, iring-iringan demonstran
makin panjang, para serdadu
berebutan kain kafan, dan dua perempuan
mengucapkan salam: Siapa masih berani menemani Tuhan?


Puisi Oleh: Joko Pinurbo

Sehabis Tidur

Sehabis tidur lahan tubuh kita terus berkurang.
Kita belum sempat bikin rumah atau tempat perlindungan,
diam-diam sudah banyak yang merambah masuk, bermukim
di jalur-jalur darah
di kapling-kapling daging
di bukit-bukit sakit
di ceruk-ceruk kenangan
di kuburan-kuburan mimpi
di jurang-jurang ingatan
di gua-gua kata
di sumber-sumber igauan
Berdesakan, berebut ruang, sampai kita kehabisan tempat,
sampai harus mengungsi ke luar badan.



UBAN



Pasukan uban telah datang memasuki wilayah hitam.

Hitam merasa terancam dan segera merapatkan barisan.

“Putih lambang kematangan, hitam harus kita lumpuhkan.”

“Hitam lambang kesuburan, putih harus kita enyahkan.”



Tiap malam pasukan putih dan pasukan hitam bertempur

memperebutkan daerah kekuasaan sampai akhirnya

seluruh dataran kepala berhasil dikuasai masyarakat uban.

“Hore, kita menang. Kita penguasa masa depan.”



Tapi uban jelek di lubang hidungmu memperingatkan:

“Jangan salah paham. Putih adalah hitam yang telah luluh

dalam derita dan lebur dalam pertobatan.”



“Demikian sabda uban,” sindir uban-uban pengecut

yang tiap hari minta didandani dengan semir hitam.



(1999)

(sumber: buku CELANA PACAR KECILKU DI BAWAH KIBARAN SARUNG, tiga kumpulan puisi Joko Pinurbo, Penerbit PT GPU, Jakarta, cetakan pertama, Mei 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar